Rabu, 15 Mei 2013

Beberapa Catatan Pasca Pertandingan Semen Padang vs SHB Da Nang

Selamat! Semen Padang kembali melanjutkan sepak terjang nan fenomenal mereka di AFC Cup, kemanangan 2-1 atas SHB Da Nang membawa tim Bukit Karang Putih menyamai rekor terbaik yang pernah dicetak oleh tim Indonesia di turnamen ini. Sekali lagi saya ucapakan selamat!


Kemenangan 2-1 atas Da Nang di Haji Agus Salim sebenarnya tidak diraih dengan mudah, tidak seperti saat mereka memenangkan semua pertandingan kandang AFC Cup sebelumnya dengan skor yang kebetulan 3-1 semuanya. Kali ini saya dibuat sangat deg-degan dan geregetan, alasan saya degdegan sangatlah wajar, melihat lini belakang Semen Padang yang masih belum sekokoh, ditambah absennya Jandia, namun sedikit tereduksi ketika David Pagbe masuk lapangan dan Fakhrurozi -pengganti Jandia pun bermain baik, tercatat ada dua penyelamatan penting dilakukan mantan kiper PSAP Sigli ini, saat situasi one on one dengan Gaston Merlo di akhir-akhir babak kedua, yang seandainya jika Rozi tak melakukan penyelamatan, mungkin saja Da Nang bisa lolos. Hal yang membuat saya geregetan adalah kala dimana Da Nang bertahan secara spartan, dan bagaimana striker Semen Padang lupa cara mencetak gol.

Oke, saya ingin merangkum beberapa catatan yang bisa saya catat pasca pertandingan Semen Padang vs SHB Da Nang ini.

  • Terlalu Edward Wilson-sentris. Tidak perlu disangsikan kalau Edu Wilson adalah sebagian dari nyawa tim ini. Lihatlah bagaimana separuh dari jumlah gol SP di AFC Cup dicetak pemain yang sudah memiliki 6 caps dengan timnas Liberia ini. Saat Edu benar-benar sukses dimatikan, saat itulah Semen Padang mandek mencetak gol, tak adanya pemain lain yang bisa mencetak gol selain Edu -pahami maksud saya disini. Dari 6 pertandingan di AFC Cup SP yang mana Edu menjadi starter, 5 pertandingan di antaranya gol pertama dicetak Edu. Ini menandakan bagaimana Edu adalah pemecah kebuntuan SP.
  • Panik Ketika Tertinggal Terlebih Dulu. Sudah sering Semen Padang melakukan ini, apalagi sejak mereka berkompetisi di IPL, SP sangatlah sering mencetak gol pertama di pertandingan, dan hal itu rata-rata memuluskan tim ini menuju kemenangan. Sebelum melawan Da Nang, SP baru 3 kali tertinggal (tidak mencetak gol pertama), hasilnya satu kemenangan tipis (2-1 vs Persiba), satu hasil imbang (2-2 vs Churchill Bro) dan satu kekalahan (1-3 vs Perseman). Tapi ketika tertinggal saya melihat tim ini cukup panik dan sering terburu-buru. Semen Padang bukanlah Man. United yang bisa mebalikkan keadaan semau mereka. SP masih perlu belajar lebih tenang saat tertinggal. Saat tertinggal terlebih dulu dari Da Nang, SP melakukan serangan gencar dan hal itu adalah keharusan, namun saya melihat banyak pemain yang mencoba menjadi saviour dengan melakukan show off dan seolah-olah ingin menjadi pahlawan tim, sehingga SP lupa bermain secara tim.
  • Lini Kedua Yang Telat Mebantu. Saya sedikit bingung untuk menuliskan judulnya apa, tapi semoga anda mengerti maksud saya, hehe. Crossing adalah senjata utama tim ini, namun SP juga sering gagal melakukan crossing, saat bola ditepis atau dihalau secara random oleh pemain lawan ke daerah luar kotak penalti, tak ada pemain yang menerima rebound itu. Mofu dan Yu yang seharusnya berada di sana, tapi mereka terpisah jauh, Mofu kerap menunggu bola di dalam kotak penalti. Sedangkan Yu sering berada di dalam, dan gap anatar keduanya cukup jauh, seakan-akan Mofu menjalankan peran AMF dan Yu sebagai gelandang bertahan. Jarak yang jauh di antara mereka terkadang bisa dimanfaatkan tim untuk menguasai bola hingga tengah lapangan. Beruntung kemaren Da Nang lebih sering bermain long ball dengan maksud melakukan counter attack lewat Gaston Merlo.
  • Wahyu Wiji Duet Terbaik Pagbe? Kembalinya David Pagbe kemaren adalah salah satu berita baik bagi pertahan SP yang selama ini menjadi lini terlemah tim ini menurut saya. Pagbe adalah seorang ball playing defender -istilah yang sering digunakan di FM. Pagbe cukup acap membantu serangan dan memulai sebuah serangan -ya, seperti Mats Hummels di BvB mungkin. Keseringan Pagbe melakukan serangan tentu memaksa pasangan beknya untuk melakukan covering terhadap posisi Pagbe. Duet Pagbe kemaren sore adalah Wahyu Wiji. Menurut saya Wahyu adalah seorang bek yang memiliki kemampuan areal duel yang cukup bagus menimbang dari posturnya yang tinggi besar -bahkan komentator Star Sport memanggilnya Bigman. Tapi kelemahan Wahyu adalah dia lambat, bagaimana ceritanya jika Pagbe masih keenakan di depan, dan lawan melakukan counter attack dengan tipe striker cepat, apakah Wahyu bisa mengcovernya? Kita tentu tidak bisa menebak. Tapi apakah seorang Wahyu Wiji duet yang tepat bagi David Pagbe? Entahlah! Mungkin beberapa pertandingan ke depan jawabannya.

Cukup demikian, tulisan ini murni subjektif dan tentu tidak semua orang bisa setuju. Semoga ke depannya Semen Padang bisa membenahi beberapa weakness mereka dan bisa memberikan prestasi yang membanggakan di tengah paceklik sepakbola negeri ini.


Penulis adalah seorang pecinta Semen Padang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar