Terimakasih Sir Alex Ferguson

Sir Alexender Chapman Ferguson telah memutuskan deaktif dari posisi yang telah ia tempati selama 26 tahun 8 Mei lalu. 26 tahun kenyamanan dalam satu dinasti besar, di suatu kastil bertuah bernama Old Trafford. Telah banyak ksatria-ksatria tangguh yang telah ditelurkan oleh sang gaffer, telah banyak lencana kemenangan yang telah didapati oleh Pak Tua ini. Kini tiba saatnya ia mundur.

Banyak kata seharusnya yang ingin saya sampaikan kepada Sir Fergie, mulai dari terimakasih saya atas era yang telah ia buat di Manchester United, atau mungkin rasa kagum saya kepada sang pengunyah permen karet ini, atau rasa kesal saya karena sifat keras kepala orang Skotlandia berpipi merah ini.

Saya bangga menjadi bagian dari saksi dalam sejarah besar sepakbola, saya tidak melihat video atau membaca sejarah, tapi saya melihatnya --bukan, ya, aku hanya melihat dari layar kaca, melihat bagaimana Sir Fergie berpidato, menyampaikan rasa terimakasihnya, mengucapkan kebanggaannya. Bahkan sore itu Kota Manchester ikut menangis karena akan kehilangan orang yang setia di akhir pekan duduk sembari marah-marah dari bench atau menyemprotkan kemarahannya di ruang ganti.

Meski Fergie telah meninggalkan jabatannya, tapi saya pribadi tetap akan mengenangnya, dia tetap ada di hati saya, dia adalah bagian dari masa kecil dan remaja saya. Saya menyukai Manchester United bukan karena dia, tapi Manchester United itu adalah dia. Kemarahannya di tepi lapangan kepada ofisiyal pertandingan, atau selebrasinya ketika pemain United mencetak gol atau mungkin saat ia rutin menunjuk jam di akhir menit ketika United membutuhkan gol atau ketika dia dengan fokus menyaksikan jalannya pertandingan sembari mengunyah permen karetnya. Semua kenangan itu akan selalu teringat.

Terimakasih Sir Alexander Chapman Ferguson! Nikmatilah masa pensiunmu! Kami tetap akan mencintai Manchester United meski tanpamu, kami akan mencoba membiasakan diri dengan orang baru yang lebih segar darimu di pinggir lapangan.

#ThankyouSirAlex